Punya temen yang asik itu untung-untungan,
ada yang temenannya udah lama, tapi
belum tentu cocok sama kita, ada
juga yang baru temenan seminggu, tapi udah cocok jadi temen ngobrol sama jadi
temen nongkrong yang asik. Emang tergantung bagaimana orangnya juga sepertinya,
ya. Sama seperti apa yang baru saja gue alami dalam waktu yang kurang dari
sebulan ini. Semenjak gue bekerja di Cileungsi, tetangga kontrakan gue yang
kebetulan adalah teman dari teman gue juga, Ajat namanya, dia langsung cocok-cocok
aja buat jadi temen ngobrol, tiap malem atau setiap kali nongkrong pasti
suasana jadi rame, memang mungkin juga karena dia orangnya hobi banget ngobrol
kali ya, atau istilah kerennya mudah bergaul, atau istilah kerennya lagi
extrovert, atau yang lebih kerenan lagi; “ebuset ngomong bae..”
Hal pertama yang membuat kami
cocok (maksud dari ‘kami’ ini adalah seluruh orang-orang kontrakan, bukan gue
sama si Ajat aja, ya, jangan salah paham) adalah kebiasaan ngopi sambil main
gitar di jam pulang kerja. Ketika sampai kontrakan, biasanya kami langsung
nongkrong di depan teras, mulai dari ngobrolin masalah di kerjaan, ngobrolin temen
lain yang hobinya minta rokok, ngobrolin perempuan, sampai ngobrolin berbagai
hal yang ada sangkut pautnya sama pernikahan, dan yang paling banyak bertanya
tentang pernikahan adalah si Ajat, kebetulan dia yang tidak lama lagi akan
menikah. Padahal pecuma juga tanya-tanya sama gue yang belum ngerti apa-apa
soal bab-bab menikah ini.
“Nanti gue di sana nongkrong sama
siapa ya...?!” Kata Ajat seolah-olah tidak akan mendapatkan teman nongkrong
lagi di rumah barunya.
Beberapa hari sebelumnya gue dan
beberapa teman lain membantu Ajat pindah kontrakan, mungkin agar ketika sudah
menikah nanti dia bisa langsung membawa mantan pacar yang ketika sudah menjadi
istrinya itu ke tempat yang ‘bebas’ untuk pengantin baru. Tau sendiri lah,
penganten baru gitu.. :3
Kontrakan baru milik Ajat,
lokasinya cukup jauh dari pusat kota Cileungsi (Cileungsi udah kota, kan?)
memasuki daerah perkampungan tapi gak kampung-kampung banget, atau lebih cocok
disebut perumahan. Dan beruntungnya Ajat mendapat kontrakan yang paling bagus, bukan
kontrakan yang cuma 3 petak, tapi rumah. Harga per-bulan-nya standar lah, tapi gue
curiga rumah itu malah ada hantunya. :3
Ketika gue membantu pindahan
itu—ketika sampai di sana kami sudah disambut oleh tetangga kontrakan, Gracia
namanya, seorang anak laki-laki yang doyan banget ngomong seperti wartawan
alias banyak tanya, bisa dibilang lebih mirip anak tuyul, maksud gue bocahnya
gak bisa diem, tapi mungkin ini sudah jodohnya Ajat, dia jadi punya tetangga
yang... doyan ngomong juga. Selain si Gracia, ada juga kakaknya, gue lupa
namanya, tapi kakaknya ini sopan banget, dan kalau dilihat-lihat mukanya lebih
mirip anak tuyul (ini jahat gak sih disama-samain jeung tuyul? Ah enggak jahat lah ya..) kakaknya si Gracia ini
selalu minta maaf atas kelakukan adiknya, tapi kami justru malah terhibur
dengan pasukan tuyul ini, dengan kehadiran mereka, rumah ini seperti menjadi
lebih hidup, hidup di antara para tuyul maksudnya. Dan dengan ini, gue bisa
menjawab pertanyaan Ajat dengan bangga,
“Nanti gue di sana nongkrong sama siapa
ya...?!”
“Sama tuyul!”
“SETAN!!”
“mungkin maksud lo anaknya setan?!”
“..........”
Kontrakan Ajat yang baru tidak
langsung dihuni, dan gue tau alasan utamanya apa, si Ajat gak bisa tidur
sendirian alias penakut, apalagi di sana ada keluarga tuyul. Mungkin nunggu sah
dulu baru mau tinggal di sana. :3
**
Seperti biasa, setiap jam 10
malam kami selalu nongkrong di teras depan kontrakan, ada Ajat juga, dan
kebetulan tadi siangnya Ajat baru saja pergi ke kontrakan barunya untuk
bersih-bersih. Katanya di sana dia di temani kakanya Gracia.
“Om lagi apa om?” Suara ajat menirukan suara
kakakna si Gracia—ini bocah namanya siapa sih?!!—Ok, mari kita sebut saja
dia... Tuyul 1.
“Lagi beres-beres. Sini masuk..”
“Gak pake sendal, om, kotor..”
“Yaudah kamu pulang dulu, cuci kaki trus pake
sendal, ya..” kata Ajat mengulangi perbicangannya dengan Tuyul 1 tadi siang.
Entah kenapa malah terdengar seperti om-om pedofil yang sedang nyari mangsa
yah?
“Om aku udah cuci kaki, om...”
Dan cerita percakapan Ajat dengan
Tuyul 1 itu malah bikin rame suasana
malam. Ada juga cerita lain dari Tuyul 1, ketika gue membantu Ajat pindahan
beberapa hari sebelumnya, gue memang melihat sosok Tuyul 1 ini seperti anak
pungut, tampilannya kurus, rambutnya trombol, atau bagaimana ya, seperti habis
dicukur paksa menggunakan gunting rumput. Dan konon katanya, rambutnya itu
habis dicukur ibunya karena dia bandel; rambutnya diwarnai merah karena
mengikuti gaya rambut teman-temannya. Mungkin benar juga kali ya kalau nyari
temen itu harus pilih-pilih. Bisa aja kan cat rambutnya warna pelangi? Mungkin
ibunya gak bakalan nyukurin seperti itu lagi. Tapi cukurnya dengan cara
dibakar! Ehehe.
“Om jahat om...” Loh!
Setelah pindah kontrakan dan
sebelum menikah, Ajat masih tinggal di kontrakan yang lama (sebelahan dengan
kontrakan gue) dan masih bernyanyi bersama gue dan teman-teman lain setiap
malam, ya walau suara gue kurang cukup bagus alias jelek banget anjir!! Yang
penting nongkrong dulu aja, suara mah belakangan. Uhuy..
Beberapa kali gue diminta untuk
ikut menginap di kontrakan baru milik
Ajat. Pernah sekali gue ditipu olehnya, “Eh ikut gue yuk ke rumah, nanti yang
lain ntar malem pada nyusul..”
Akan tetapi sesampainya di sana, gue
tetap berdua sampai pagi dengan Ajat yang terus latihan ijab qabul. “Biar
lancar..” katanya. Brengsek memang, mau nikah malah nipu temen dulu.
Ketika hari pernikahan Ajat
berlangsung, jujur gue belum banyak mengenal teman-temannya yang lain, gue
hanya mengenal beberapa orang saja, tentunya ini membuat gue tidak percaya diri
atau dengan kata lain gue takut dianggap sebagai tamu tak diundang yang datang
dengan amplop isi sepuluh ribu tapi ngambil makanannya yang paling banyak.
Gue datang dengan teman-teman
kontrakan yang lain, kebetulan gue tinggal di kontrakan yang berjejer banyak,
dan kebetulan orangnya asik-asik.
Ketika kami berfoto bersama
Ajat—sang pengantin, gue sempat bingung dengan gaya berfoto teman-teman yang
lain, ‘GAYA MACAM APA INI? INI BUKAN KAMPANYE HITAM, KAN? TOLONG JELASKAN!!’
Pernikahan Ajat & Erisa
Menurut sumber yang dipercaya,
gaya foto di atas adalah:
Gaya X; Ex = Mantan warga
wakanda
Dengan simbol X di dada yang
berarti simbol mantan tetangga kontrakan. Konon katanya dulu mereka yang
menyilangkan tanda X pada foto di atas itu pernah menjadi tetangga yang baik.
Terus kenapa gue malah ikut-ikutan? Gue bukan tetangga lama, gue tetangga baru
bos~
**
Dengan pernikahan tersebut, resmilah
Ajat meninggalkan kami (tetangga kontrakan lama—tapi gue tetangga baru) dan
menjalani kehidupan barunya bersama Erisa sang pujaan hatinya~
Dan juga, dengan berakhirnya
tulisan ini, gue ucapkan...
Selamat Menikah, Om Ajat.
Hiduplah bahagia bersama.. Tetangga baru anda. :3
6 Comments
Kirain mau ngikut-ngikut gaya Black Panther menyilang tangan di dada wk
BalasHapusJadi, kapan nih nyusul si Ajat?
Kenapa di bagian Ajat sama istri barunya lo nulisnya kayak iri banget gitu?
BalasHapusNext post tolong ceritakan tentang rumah baru Ajat ya, apakah ada setan beneran atau enggak. Makasih, Tuyul.
Kalo saya, lebih menantikan cerita selanjutnya yang tentang Tuyul 1, apakah akan ada tuyul 2 atau mungkin itu tuyul terakhir yang mencari kawanannya...
BalasHapusGue masih penasaran dengan si tuyul 1. Bagaimana mukanya? Apa kebiasaannya? Kayaknya lucu aja gitu ngebayangin dia hahaha. Btw selamat menikah, Mas Ajat!
BalasHapusKok jadi ngiri ya sama Ajat, kontrakannya bisa banyak gitu wkwk.. Selamat menempuh hidup baru buat temannya. Lucu liat gaya yg gak mau banget keliatan jarinya. Pemilu oh pemilu sampe bisa kita mati gaya ya 😁
BalasHapusIstilah lainnya orangnya sanguinis dian.
BalasHapusSuka membawa kebahagiaan dalam pertemanan karna orangnya rame bgt hahaaha
Selamat buat ajat
Semoga dian segera nyusul ^^
(Bukan nyusul ajat, tapi nyusul.. you know lah)
wkwkkw
Posting Komentar
Terima kasih untuk waktunya, berikan komentarmu di sini.