Jogja Sebelumnya: Candi Ijo dan Sebuah Kebetulan

#PART5
diperbarui: 05 Des 17

Sore itu, setelah puas dengan jalan-jalan seharian, Faqih mengajak kami untuk mencari makan, kebetulan perutku sudah mulai keroncongan, dari siang muter-muter kesana-kemari sampai lupa makan, terlalu asyik sih, atau juga mood yg sedang tidak baik  memang susah diajak kompromi soal makanan.

Beberapa hal selalu aku pikirkan sepanjang perjalanan tadi, tentang kehidupanku tentunya. Begitu banyak pertanyaan yg bahkan tidak bisa aku jawab langsung. Terkadang juga, aku selalu bertanya  tentang; kenapa aku harus ke sini, jogja? kenapa aku masih hidup? apa tujuan sebenarnya? ya, kira-kira masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan bodoh yg ingin aku sendirilah yg harus menjawabnya. Soalnya kalo dijawab orang lain, gak jauh pasti jawabannya sama, "pikirkan sendiri!".

Ditengah-tengah obrolan sebelum makanan yg kami pesan datang, ada satu hal yg menarik, sambil memegang tanganku yg mulai merasa kesakitan akibat jatuh dari motor sebelumnya, aku memperhatikan sekitar tempat makan itu, tempat yg biasa saja, tapi ramainya bisa 'wow' sekali. Aku lupa nama tempatnya  apa, tidak terlalu memperhatikan juga, tapi, disebrang jalan dari lokasi kami makan tersebut ada salah satu tempat karaoke milih Ahmad Dhani; Masterpiece. Aku sangat yakin, orang-orang yg karaokean di sana pasti fansclubnya kangen band. Loh~

Entah mungkin karna memang jam ramai, makanan yg kami pesan sangatlah lama, saling menunggu dengan pelanggan lain, kayak  saling suka tapi  tidak saling bicara,  nunggu aja terus. Sampai obrolan sudah kesana-kemari masih belum datang.

Dan... setelah makanan  tiba dan  berhasil masuk ke perut, aku menyadari satu hal bahwa makanannya biasa aja, hampir sama seperti makanan lain, tapi entah kenapa ramenya sampe bejibun. Mungkin jika diibararatkan seorang perempuan, dia itu salah satu perempuan yg tampilannya biasa aja, gak terlalu cantik, tapi memiliki satu hal yg tidak dimiliki perempuan lain. Misalnya; Gak marah saat dibilang 'Gendutan', tapi malah ketawa terbahak-bahak.


....Sambil memegang pisau dapur bekas mengiris bawang  merah.

Kami melanjutkan jalan-jalan sore. Mungkin bagi sebagian orang yg sering traveling ke mana-mana, ke tempat yg lebih luar biasa kerennya dari Jogja, Jogja  adalah kategori tempat yg biasa saja, tapi bagiku yg pertama kali mengunjungi  tempat ini, perasaan yg muncul pertama kali adalah mengaguminya. Secara tidak langsung, sebenarnya  aku sendiri tidak memiliki tujuan pasti saat hendak pergi ke jogja, dipikiran cuma hanya ada kalimat pendek yg jika dijelaskan  menjadi panjang ceritanya; "Saya ingin ke Jogja", dan "satu alasan populer lainnya."

Saat diperjalanan yg dimana aku berposisi sebagai penumpang gelap (iya soalnya udah mulai malam), aku sendiri gak tau mau dibawa mana, yg pasti, aku sedang di Jogja, dan ditemani guide tour yg baik, selain menanggung semua biaya hidup selama di sana, ternyata si Faqih juga sangat handal menjadi ojek pribadi. Oke, Mantap! Semoga  kamu tidak menyessal ya temanku.

"Kita dah sampai.." Kata Faqih sambil memarkir motor di tempat  yg  sudah banyak penjual oleh-oleh khas jogja, seperti baju-baju yg bertuliskan, I love Jogja, Malioboro dan  Dian Keren. Oke yg terakhir gak ada yg jual.

Berjalan sekitar 500 meter, aku sudah tau kalau yg di depan mata itu adalah Jl. Malioboro, sama persisi dengan foto-foto manusia yg sudah pernah ke jogja, kebanyakan  mereka mengujungi  tempat ini, yg menunjukan bahwa "gue lagi di jogja neeh, kalian kapan?".

Ada keinginan juga foto di tempat tersebut, berjalan mendekati kerumunan orang, sesekali aku meladeni mereka yg minta difotoin, kira-kira sampai 10 kali. Pengen rasanya teriak, "Gantian atuh Anjing!!!"

Dan inilah hasilnya.

 
bersandar padaku, rasakan hatiku~


dibelakang layar~

Berjalan lagi kearah depan, berbagai macam oleh-oleh jogja sudah menghampiri, menandakan bahwa dompet milikki harus segera keluar dari tempat persembunyiannya. Dan pada kenyataanya  aku cuma beli dua baju. Sesekali juga, aku lebih senang mengambil momen dengan menggunakan kamera ponsel, memotret dan merekam mereka-mereka yg asyik menghabiskan uang dengan barang-barang murah meriah.

Disela-sela berbelanja...

"Tau kopi Jos gak?" Tanya Faqih kepadaku dan Fendi. Di pikiranku , itu adalah kopi yg dicampur extra jos dengan  air panas, dan tidak bisa membayangkan  rasanya seperti apa, 'pahit-pahit mantap' mungkin.

Tapi, pada kenyataanya adalah, itu cuma kopi yg dicampur arang, katanya sih bisa menghilangakan racun ditubuh. Ehehehe. Coba  kalau bisa mengilangkan rasa tentangnya, pasti tambah asyik~
Kopi Jos. Mantap!

Tidak jauh  beda dengan para pengguna  sosial media lainnya, akupun mengabadikan momen tersebut dengan  mengunggahnya di instastories di instagram milikku, dan para pecinta kopipun mulai mengomentari, salah satunya yaitu May, bintang World Werewolf Federation yg digemari Haris  Firmansyah dan Haris-Haris lainnya.

"Naon ini teh?" Tanya May,

Aku menjelaskan dengan detail apa saja isi dalam kopinya. Sampai akupun menyarankannya untuk membuat sendiri kopi jos tersebut, pakai arang, "bikin aja sendiri".

"Tar dah lebaran haji, sekalian nyate", jawabnya.

Sungguh jawaban yg sempurna. Kopi arang bekas nyate. Mantab jiwa!

Setelah selesai ngopi di angkringan, kami melanjutkan mengunjungi salah satu icon Jogja, yaitu Tugu Jogja. Di sana, malam hari adalah yg paling ramai, berkumpul di sekitar tugu. kalau di Bekasi, nongkrong-nongkrong ditempat seperti ini pasti sudah di usir. Eh.

Satu hal yg sangat disayangkan, aku tidak sempat bertemu teman-teman blogger di sana, ada Nfirmansyah dan Febri, memang sebelumnya aku tidak mengabari mereka.

"Kok mendadak dan cepat sekali ke jogjanya ._." chat Febri ke whatsappku...

Sejujurnya aku juga masih pengen di jogja, tapi karna merasa tidak enak dengan si Fendi yg harus pulang ke Bekasi esoknya, aku sedikit gak tega jika dia harus sendirian bawa motor dari Jogja-Bekasi..

iya, JOGJA ke BEKASI~

Sebelum kami pulang dan mengistirahatkan badan, aku sempat chat dengan Febri,

"Di jogja mah, ada naro helm sembarangan malah diiketin  di motor. Di bekasi mah udah ilang nih... keren :')" pujiku tentang jogja ke Febri.

"hahaha Jogja emang istimewaaa. Sebeneranya di Jogja kalau naruh helm bagus sembarangan juga ilang sih ya wkwkwk itu oknumnya belum ada aja." jawab febri. Padahal aku sudah memuji Jogja sedemikian rupa, tapi apa daya febri malah merusak citra Jogja sendiri.

***

Waktu yg sebentar memang, baru beberapa hari saja di jogja, aku sudah mengalami banyak hal, mungkin beginilah suka-duka menjadi pelancong abal-abal. Semoga nanti bisa kembali ke sana. 'Masih ada yg tertinggal'.

Terima Kasih, Jogja~