Jogja sebelumnya: Malam Suram

#PART4
Diperbarui: 05 Des 17

Di tulisan sebelumnya aku pernah bilang kalau bakalan memposting tulisan temanku yg di Jogja, yaitu Faqih, katanya sih mau cerita tentang kisah asmaranya. Tapi, kemaren dia menghubungiku sambil sedikit curhat, dan setelah aku beri 'wejangan asmara' (ahelah gaya amat), dia malah ragu-ragu kalau tulisannya itu aku posting di blog ini.

Dan lebih jelasnya, dia menyuruhku untuk tidak memposting tulisan itu. Kayaknya gara-gara sewaktu dia cerita panjang-lebar,  aku sempat bilang sesuatu ke dia seperti ini, "Kalo dia sedih karna gak bisa bareng  lo lagi, ya wajar kalo lo sedih dan menyesali  keadaan. Tapi, kalo dia udah  bahagia, ngapain juga lo sedih atau sampe nangisin orang yg lagi bahagia?"

Ngomongin dunia percintaan gak bakalan pernah  abis memang, apalagi kisah-kisah yg menyedihkan, 'pacar diracun sianida sama mantannya' misalnya. Atau kisah cinta yg kebanyakan berakhir bahagia kayak di ftv, akan selalu ada judul baru, tapi jalan ceritanya itu-itu saja, terkadang juga lokasinya juga itu-itu aja, Jogja-Bali, Jogja-Bali. Terus seperti itu, sampe Rumah Produksinya pindah ke channel lain. Dalam kenyataannya kadang juga hampir sama. Kisah asmara, patah hati, akan terus berulang, dari satu orang ke orang lain. Dejavu.

Anyway, yaudahlah ya, yg jelas, sekarang aku sedih karena  tulisan yg udah diedit sedemikian-rupa itu tidak jadi diposting di sini karena tidak boleh sama si Faqih. yaudahlah.

... Nggg

NTAR  AJA KALO DIA UDAH LUPA!

Well, sekarang aku mau melanjutkan cerita lain selama di Jogja. Selamat membaca, jangan kabur dulu, sayangi quota internet kalian! Juga jangan lupa makan. #NgingetinAjaSih

***

Setelah shalat subuh, kami bertiga merencanakan tujuan pertama jalan-jalan selama di jogja, tapi alangkah bangkenya, mereka berdua malah tidur lagi, sampe jam di dinding-rumah kakek Wartopawiro menunjukan jam 09:00 WIJDK (Waktu Indonesia Jogja Deh Kayaknya), mereka masih tidur, leyeh-leyeh gak jelas. Sesekali aku membangunkan mereka lagi, tapi yg terjadi cuma "Bentar dulu, lima menit lagi." BANGKAI!

Kami bertiga ­­memulai perjalanan  jam 10 pagi (kalo gak salah, kalo salah ya mohon dimaafkan), dengan mengendarai motor, aku bareng temen yg emang satu kerjaan, Fendi, dan Faqih yg membawa motor sendirian, kasihan, dan kesepian deh sepertinya, tapi lebih serem lagi aku sih,  boncengin laki.

Kebetulan tempat wisata di jogja dekat-dekat, seperti Candi Prambanan  dan Candi ijo misalnya, kamipun mencoba menghemat waktu dan akhirnya hanya mengunjungi beberapa lokasi saja. Kami melewati candi prambanan, tentu dengan penjelasan tuan pemandu wisata, yaitu Faqih, katanya, "nah, itu baru kelihatan luarnya saja, kalo ke dalam lagi lebih besar candi-candinya, juga lebih banyak". Aku cuma manggut-manggut mendengarnya, begitupun dengan si Fendi yg juga cuma manggut-manggut sambil aku boncengin.

"Yaudah yuk, masuk!" ajakku pada mereka berdua.

Sambil melaju pelan berkendara, Faqih menjawab, "Jangan, mahal masuknya."

"....."

Tidak ada perlawanan, aku cuma nurut aja, kebetulan saat itu aku ingat kalau numpang tidur dan makan di rumahnya, gak enak kalo maksa-maksa orang. ngahaha.

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami berhenti sebentar sekedar untuk mengisi bensin motor yg aku bawa, motor temenku lebih tepatnya, dan entah kenapa si Faqih tetap yg bayarin bensinnya, ya aku cuma diam, tidak bisa menolak sesuatu yg sangat menguntungkan itu. Traveling tanpa mengeluarkan modal banyak. Jujur, jika suatu saat si Faqih ke Jakarta, aku akan menyambutnya dengan gembira, menjadi guide tour di Jakarta dan juga Bekasi. Tentunya dengan ongkos jalan-jalan dan makan-makan dia yg nanggung sendiri, sama seperti ketika di Jogja. Bercanda.

Lokasi yg kami kunjungi selanjutnya adalah Candi Ijo, jarak dari Candi prambanan kurang-lebih sekitar 20 menit, dan kira-kira satu bulan 12 hari jika menggunakan skateboard, dari Bekasi. Lokasinya cukup strategis, cuma jalanannya naik, juga saat itu sedang ada perbaikan jalan. Sebelum sampai ke Candi ijo, akan melewati tebing yg sudah jadi objek wisata, tebing apa gitu, lupa.

(Candi Ijo terletak di Dukuh Groyokan, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi ini berada lereng barat sebuah bukit yang masih merupakan bagian perbukitan Batur Agung, kira-kira sekitar 4 kilometer arah tenggara Candi Ratu Boko. Posisinya berada pada lereng bukit dengan ketinggian rata-rata 425 meter di atas permukaan laut.) -Wikipedia.

Ketika sampai dilokasi, tepat di tempat parkir dekat candi ijo, ada hal yg sangat disayangkan jika dilewatkan, yaitu Lereng ijo. Sumpah, tempat itu keren abis, apalagi jika pergi ke sana disore hari, maka akan terlihat sunset yg sangat bagus (katanya), kalau tidak sedang ujan. coba deh ke sana.

Aku di lereng ijo cukup lama, memandangi pemandangan hijaunya alam, ah keren emang, Jogja. By the way, foto-foto di lereng ijo jangan dilewatkan deh pokoknya, apalagi kalo yg punya instagram, pasti insta story-nya udah penuh deh.

Dengan foto layar gelap yg bertuliskan, "Gilaaaa.. pemandangannya keren banget! suka deh di sini."

Kalo pengen lihat pemandangan kerennya, aku punya satu-dua fotonya, oke bentar, ini nih;

Lereng ijo (Lokasi yg menjanjikan untuk mengenang masa lalu) #jangandiseriusin #LemesinAjaDulu

Entah sebuah kebetulan atau apapun itu, aku ketemu 'Nam', perempuan yg dulu pernah main film bareng, film yg judulnya Crazy Little Thing Called Love. Lihat foto di bawah ini, lokasinya sama, dan aku yg fotoin dia;


Foto sebelum dipeluk dari belakang, terus  didorong.

Gak percaya? sama, aku juga. Mimpi deh kayaknya.

MAAFKAN HAMBAMU YG HINA INI YA ALLAH.... :')

***

Ketika asyik berfoto-foto, ada seorang om-om (kalo gak salah nebak, soalnya ada kumisnya, perutnya buncit) nungguin dari arah belakang kami, aku kira orang mau nawarin makanan, kopi atau sejenis MLM yg menghasilkan 3.800 dollar per-bulan. Sambil mendekat pelan, om-om tadi mengambil sesuatu dari dalam ember yg dibawa di tangan kirinya, aku kira itu si Adi yg jualan Ember Gebuk keliling, tadinya.

"Misi mas, udah fotonya?" tanya om-om yg bawa ember tadi

Sambil menjawab akupun bertanya balik, "O iya pak, kenapa?"

"itu mas, lagi di cat!" bicaranya sambil menunjuk tiang pinggiran tebing yg aku jadikan bahan senderan ketika berfoto. Bibirnya sedikit tersenyum sambil mengeluarkan sedikit kata lirih, "Pffftt..."

Seketika aku langsung melihat tangan yg langsung putih karna cat yg belum kering. Tau kayak gitu, pengen rasanya menghujat dengan kata lembut ke Om-om tadi, "BILANG DARI TADI NAPA OM!! LONCAAT NIH, LONCAT NIIH..." Sedih ya allah, ternyata gak cuma patah hati yg bikin pengen loncat dari tebing, tangan kena cat aja bikin sedih atuuh ini teh!!

...Ndasmu!

Setelah asyik bermain cat, berfoto di pinggir tebing maksudnya, kami melanjutkan ke lokasi candi ijo. Tidak jauh dari lokasi tadi, cukup berjalan sekitar 100 meter, berjalan  sedikit ke  arah atas dari tempat parkir, kepala candipun sudah terlihat dengan  jelas, tapi lehernya belum kelihatan, kalo udah kelihatan pasti lehernya item, wajahnya putih (ini candi apa orang dah). Namun tidak seperti candi prambanan yg memang banyak batuan candinya, di candi ijo ini hanya  ada sebagian candi, kalau tidak salah ada 4 sampai 5.

Saat itu, hanya ada beberapa orang yg datang ke sana, sebagian ada yg nongkrong-nongkrong, foto-foto dan yg paling serem ada beberapa orang yg sedang asyik pacaran di pojokan batu candi. Sungguh warbiyash wahai kaula muda!

Karna saat itu sedang ada perbaikan atau renovasi sekitar candi, kami bisa masuk dengan gratis, tanpa biaya sepeserpun. Mungkin itu salah satu alasan si Faqih membawa kami ke candi ijo.

Ada yg bilang, lebih seru ke candi ijo disore hari, yg aku yakinkan juga seperti itu sih. Bahkan, disiang hari aja udah keren, bisa melihat kota jogja dari ketinggian, bandara, hutan-hutan dan mungkin juga bisa melihat dia, dalam kenangan. Ehe

Tapi, aku selalu penasaran, orang-orang jaman dahulu kok sudah bisa mendesain bangunan sekeren kayak gitu ya? bahkan, tanpa semen atau alat-alat yg canggih aja bisa bertahan lama, ya mungkin memang ada sedikit yg rusak karna bencana atau apalah itu, tapi tetep aja aku kagum. Memang yah, sesuatu yg bersejarah akan selalu membuat kita berpikir ulang, dipelajari, diamati, dan dikenang.

Sesekali pernah kepikiran, seandainya orang yg pernah bikin candi ini pergi ke masa depan gimana yah? dia dateng jauh-jauh pake mesin waktu, melewati ribuan tahun cahaya, ratusan purnama (Rangga kali ah bang) terus pas melihat candi yg dibuatnya ini udah beda, yg asalnya  tempat pemujaan roh, menyimpan abu jenazah atau bahkan tempat ibadah suatu agama, malah sekarang dijadiin tempat pacaran dedek-dedek gemes sama om-om perut buncit yg bermobil. Duh!

Kalo kayak gitu, gue jadi inget quote filmnya Radityadika yg berjudul 'Koala kumal' deh,


"Dia udah ninggalin sesuatu yg udah nyaman buat dia, tapi pas balik lagi tempat itu udah beda. Jadi sesuatu yg dia nggak kenal lagi."

Iya sih, kita masih bisa kesana kapan aja, meski kemungkinan yg didapatkan akan berbeda, gak kayak dulu lagi, kayak apa gitu. Ah iya, kayak..

...

Hubungan...

Sedang menulis puisi (terbit tahun 3038)

Bersambung  Part 5